Jumat, 01 Januari 2016

ASMARADANA







(lukisan di tutup kaleng cat ini saya buat malam tahun baru. Spontan disorehari selesai pukul 23.50. Lalu melihat petasan dan kembang api bersama permaisuri&pangeran rembulan yang menjadi inspirasi. Tapi  puisi 'masterpiece' mas gm inilah -saya pinjam- sebagai inspirasi pengikatrekat lelatu cinta hamba, seperti halnya romansa Damarwulan dan Anjasmara, yang melesat ke langit mengubati sayatanlukaluka kemanusiaan 2015)


ASMARADANA
puisi: mas goenawan mohammad

Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti, yang

jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.

Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta, nasib,
perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.

Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan
mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani
lagi.

Anjasmara, adikku, tinggalah, seperti dulu.
Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.

Tidak ada komentar: