Jumat, 31 Maret 2017

BAINEM



'bainem'.pencil on drawing paper.

tribute tuk mendiang nenek, petani dari jawa yang migrasi ke sumatra. berjodoh dengan kakek, bangsawan pemangku Demang setempat. yang konon ditangkap, dicopot krn melawan kolonial. Saya masih ingat beliau, waktu usia 4-5 tahun. Sudah renta 80an, kulitnya gelap, matanya bulat, alisnya tebal menjureng, jarang senyum, berkebaya&sarung, makan sirih, dan memelihara burung kesayangannya: beo bernama 'mincu'.
garis merah berkelindan,berkelok atau lurus yang saya buat penanda garis-garis kemulyaan orang yang saya gambar, termaktub ditiap orang. Seperti palmistry.
-end ov march2017

Sabtu, 25 Maret 2017

DIPASUNG SEMEN

'Lestari'. Pencil/Pen on paper.23X30.5cm.








(judulnya: lestari. gambar ini saya buat dan mulai garap senin, 20 maret larut malam)
Habis Jumatan, 17 maret saya kesebrang istana melihat petani kendeng dan sedulursikep aksi cor kaki dengan semen, penolakan pendirian pabrik semen di pegunungan karst Kendeng di Rembang. Bertemu dulur, solidaritas,donasi, berkenal.Waktu itu Jakarta adem, setelah Jumatan diguyur hujan. Petani dari daerah lain mensupport, juga banyak saya lihat komunitas punk dari Jakarta,Bekasi,Tanggerang,Pati mensupport. Ada juga dari  buruh.
Saya duduk bersama kawan komunitas punk dari Pati dipinggir lapangan, yang berbagi tugas sbg relawan membantu Petani yang mencor kaki, seperti menaiki ke truk-menurunkan aksi,membantu buang hajat, membuat pamflet, senipiloks kayu buat cor kaki. Menyumbang donasi dengan bertukar kaos solidaritas Kendeng. Lalu, saya mendekat  memotret,memvideo, dan berputar. Mahasiswa dan anak punk, masing-masing mempagarbetisi peserta aksi,memegang pamflet, ada yang memayungi. Sejujurnya agak sesak didada, cuping hidung kerasa pedas liat pemandang. Lalu sebelum maghrib,polisi berbaris, truk satpol pp merangsek dengan arogan. Untuk mengangkut peserta aksi ke LBH. Sedikit ada teriakan kawan punk supaya hati-hati. Demo diakhiri.
Sabtu-Minggu, mereka istirah di LBH.Senin aksi menurut kawan anak Pati, akan dilanjutkan lagi...

Senin mau melihat lagi, tubuh saya mendadak lunglai. Malam itu saya menggambar. Selasa pagi terbangun menyiapkan anak sekolah, lalu terserang sakit di gigi luarbiasa (terbiasa derasiksa ini.anggap kode yg saya tak ngerti tp hrs waspada.bbrapa kali spt sinyal akan ada yg moksa ke nirwana.termasuk dulu ortu hamba).. saya makan dua butir 'painkiller' dan istirah. 10 pagi sembuh terbangun,membuka medsos, Seorang bu tani Kendeng, seusia saya, namanya Yu Patmi gugur kena serangan jantung pkl 2 pagi.

Tgl.21 azan ashar, saya pas menuntaskan gambar ini. Gegas, menemani anak ngaji di surau 2km dari rumah. Disitu hamba layangkan yu patmi​ samudera Ummul Kitab. Perempuan desa/petani yg menutup hidupnya dg kekaguman dan kecintaan khalayak padanya atas keteguhan sahaja membela hak fundamennya. Buat kelangsungan hidup anakcucu.

Bagi middleclass spt saya yg.bukan tani, tapi histori buku-buku saya baca, mengajarkan bahwa petani yg.digarisdepan membela lestari alam, melawan kepemilikan, kolonialisme, culturstelsel, tirani, hingga megaindustri infrastruktur. Histori di eropa juga demikian, petani melawan pemkasaan pajak oleh bangsawan yang didukung agamawan totalitar. Kaum terdidik spt kita, sepatut yg.harus malu. jika anggap mereka naif dan tanpa daya, diprovokasi,dimodali pemodal beraksi.Sejarah menulis ngga begitu.
Bias kelas
menguntit di semakjiwa urban kita.