Minggu, 08 Januari 2012

MAS GOEN







Babak 1:
Tulisan ini terbirit-birit saya buat.Sore ini, 8 Januari saya akan ke Salihara, hanya ingin bertemu dengan sosok idola saya sejak bercelana monyet tahun 80 dan melahap sastra: "Pak Goenawan Mohamad". Usianya sudah 70 tahun tapi lebih muda 15 tahun dari usianya kalo dilihat, maka saya lebih senang memanggilnya "mas goen".

Nanti ketemu, saya ingin memberi kenangan drawing ini.Dibuat secara cepat seperti kopi instan dari pagi hingga azan ashar berkumandang. Saya tinggalkan dulu, nanti saya akan sambung lagi di babak 2 ceritanya.

Babak 2:
Saya mengirim pesan: "Saya bersama 'chairil',mas". Jawab mas Goen "Saya tunggu". Lalu, saya,istri dan 'Tibetan-Boy'ku melayang bersama taksi burung biru ke salihara. Tiba, dan berjabatan hangat. Ia mematikan ipad-nya. Demikian juga di'off' blackberrynya. Demi bicara dengan pelukis tidak terkenal dan biasa-biasa ini.

Sekitar satu setengah jam dan... 1 wedang jahe, 1 pasta, 1 milkshake, 1 french fries, 1 teh panas-nya mas goen, obrolan mengalir kesana-kemari lalu diakhiri secara elegan. Sulit untuk membongkar dan mengingat obrolan 'sikret negara' disini. Saya fikir, saya yang pelupa ini membiarkan aja menggumpal cerita jadi kesan yang dalam. Karena lain waktu, ada deru dan nafas, akan sering bertemu beliau disini. Setelah kekecawaan lama, tidak sempat bertatap dengan Buya Hamka, Cak Nur, Romo Mangun, Gus Dur...saya bersyukur, masih bisa dipertemukan dengan mahluk langka: filsuf Indonesia yang masih hidup.


'mas goen'. water color on envelope& vintage letter.
year 1964.