Jumat, 30 Oktober 2015

ALBERT CAMUS

"One effective revolutionary pamphlet is worth a thousand books written by stale capitalist academics."

"Fame-hungry personalities make terrible revolutionary writers" 



“The only way to deal with an unfree world is to become so absolutely free that your very existence is an act of rebellion.”




"Revolutionary literature attacks the capitalist system without conscience"-Albert camus

ilustrasi dibuku tulis kusam dan kuna circa70-an. Yang berisi hanya beberapa pagina dan ditulisi tangan indah seorang almarhumah tentang kangkung,cabe keriting, dan setoran arisan. Butuh waktu setahun menyelesaikan ini.
ode buat Camus.3 pieces drawings.
-nov 2014- 30oct 2015




Minggu, 11 Oktober 2015

MEMISKOL LELUHUR



Menonton wayang bocor kemarin, diluar ekpektasi saya.

Lebih ajib dari yang dibayangin.

Paduan: drawing mas eko, tatamusik, tatalampu, akting teater. Semua sahaja, tulus dan memukau (mirip nontoni musik-musik indie yang gig kecil tapi full of passion. Membungkus oleh-oleh kesan buat pulang). Art-nya ngga usah diceritain, ekspresif garisnya&absurd spt komik dgtmb. Musiknya, aneh bin ajib.Kadang begitu industrial seperti Trent Reznor atau atticus, kadang berubah total menjadi ndeso seperti musik Pantura. Tiga awak teater yang jadi bagong,petruk dan gareng bermain total.Ketiganya merangkap-rangkap peran. dalam candaan mereka, ada terselip getir. Seperti, scene yang saya sangat suka, saat nenek Fatimah (yang dituntut anaknya 1 milyar itu), di-'cekhel' para peronda, dikira kunti penunggu pohon yang menculik anak. Si Nenek menjelaskan siapa dirinya, lalu peronda yang marah itu berbalik minta 'selfie' bareng dengan nenek. Lengkap dengan tongsis kaum urbanis siwalan yang mentrendi itu. Yang lain, absurditas. Seperti pesawat UFO yang ditemploki lalat.


Acaranya indahpisan.Yang mengganggu saya justru panitia. Atau pembawa acara yang parlente, meminta kami untuk berteriak yel-yel seperti barisan paskibra, demi keseragaman kemasan audiovisual (padahal bisa opsi yg.lain). Panitia juga menegur anak kecil -saya tahu,karena saya melihat- supaya nggak nangis sepanjang acara. Lalu sang ibu, membawanya keluar sambil (mungkin) cubit anaknya yg.sakit kemudian teriak:"maaaa..".

Kenapa ngga larang saja ya bawa masuk anak kecil, spt jugasanya saya ini? Mungkin kami memafhumi.

Atau,ngga apa-apa juga khan anak nangis di acara hangatsuamsuam sumringah ini? siapa tau jadi bahan improvisasi-interaktif yang ditunjukkan pemaen teater yang hebat yang menyapa penonton dan anak saya di penggal dialog.


Kadang,saya bosan dengan pertunjukan yang dilumuri kemegahan, seragam dan kaku.

Pertunjukan ini diluar barisan itu semua. Kebayang kalo acara ini diminati tv, pasti jadi rating tinggi.

Tapi mistisnya memang disitu, diluar barisan. Diluar arus utama yang generik.

Bravo, semua yang berbaris difoto. Kami urbanis-urbanis Jakarta yang kerap pongah ini terkesan dengan kesahajaan,enersi kearifan lokal kalian dan UFO wara-wiri.

(heyy, simas bagong, saya tau anda, seekor aktor figurimut tapi menyeruak difilm raksasa 'Jang Oetama'.film unik yang para figurannya malah berakting lebih menohok)

-11oktober. sekenangkedaran dimiskol leluhur.










Minggu, 04 Oktober 2015

SALIM KANCIL (STREET POETRY)

halte grand wijaya

jalan sumenep

jalan menteng

jalan panglima polim

jalan darmawangsa polres jaksel



"SEE, PEOPLE WITH POWER UNDERSTAND ONE THING: VIOLENCE"
-Noam Chomsky

in memoriam pak Salim Kancil. Pejuang Lingkungan yang tolak tambang pasir besi di
Desa Selo Awar-Awar, Lumajang, Jawa Timur. Gambar ini sebenarnya gambar  dari foto anonim pak tua petani yang sedang demonstrasi di Karawang. Saya pakai untuk pamflet-pamflet ini.
September 2015.