Jumat, 29 Januari 2016

WOMAN AND SUN, 1987






'Woman & Sun'. Oil Painting on Canvas. 1987. 
canvas size: 50X65cm.with gold wood-frame: 64x78cm.

Salahsatu lukisan awal saya dengan cat minyak. Habis saya bersihkan dan lumuri dengan varnish oil agarsanya kinclong berkilau seperti matahari.
Lukisan ini mengambil rupa ibu saya almarhum dengan ciri khas di cuping hidungnya dan hidungnya yang mancung. Nuansa Jepang dilukisan, karna saat sma, seingat saya ia menyukai lagu Jepang seperti Mayumi Itsuwa. Dan saat saya diterima di UI, ada momen di perpustakaan sastra UI yang membekas. Seorang mahasiswi tamu Jepang bersimpuh dibawah berbicara dengan temannya pria yang sedang duduk di kursi. Seperti anggahungguh Geisha adanya.

art for sale. check: https://society6.com/onezhan

Rabu, 20 Januari 2016

SHOPPING-BAGS ARE CANVASES







Artist Uses Shopping Bags as Canvases.
It begins from shopping bags collected by his wife, some of them were received from gifts and taken from trash bins. One Zhan, a reuse artist tried to recreate shopping bags as the canvases. Most of the liked theme to be painted are child with big eyes profile, leaves or tree shapes. This artist likes to be called 'scavenger artist'. He was start creating on used materials since he was at elementary school, about 40 years ago. He collected note books residual to be comics or playing cards (remaining stored in the shelf). His commitment for nature conservation is still high. In fact, with his opinion, an artist can have role to avoid environmental damages, no matter how small it is.  Until now, he still working on it, painting on used stuffs, in his green-ish atelier at Jakarta, Indonesia.
Occasionally accompanied by birds, squirrels and butterflies.

ig: @one_zhan
(by N.W. january 2016).

Kamis, 14 Januari 2016

MENJERANG BUKU ATASKEPALA


setelah 3 tahunan, ia baru baca komik fotokopian ini

penggemar buku di rumah 

Saya tau, kami membesarkan mahluk 'RebelRebel'.
ia dibesarkan dalam larangan sangat minim.Kebebasan memilih sangat besar (Kecuali untuk halhal yang potensial-destruktif). Maka, sulit menaklukkannya untuk meng'iya'.
Saya memilih membesarkannya dalam cara ia tumbuh dalam 'kerelaan/kesadaran' meski lambat mensiput. Maka ia tetap main games seperti anak seusia, tapi buku akhirnya membuah hasil menjadi kegemarannya juga. Dalam derasnya gamesdangawai, hal ini sesuatu yang 'vintage'.
Seperti kami gemar menggambar diskets buku, saat menunggu pramusaji mengantar panganan cepatsaji, dikala akhir pekan sejuk. Lalu saling bersitatap, dan menghaturkan kehangatan terima kasih...
Mungkin kelak ia melewati tahap 'textbook'. Tapi gagasan dari penulis dibuku/orang hebat, bisa menjadi komet-komet yang bertabrakan di kepalanya nanti, yang melahirkan bintang dan keindahan baru.


'Menjerang Buku AtasKepala'. 15jan.
Lukis cepat/tanpa ide diatas 'PlasticHolder/Art-Keeper' sekolah anak.

Senin, 11 Januari 2016

R.I.P BOWIE

'You are a singing Whale, Sir'. 1999. 
Bowie with his painting. titled: Iggy Pop.1976. 

...beberapa hari sakit kemarin, mendengarkan album baru Bowie berulang-ulang.
Di situs pitchfork, album 'blackstar'nya dinobatkan salahsatu best album.
Juga salahsatu tracknya, terbaik. Lalu sontakmendadak, 10 januari ia mangkat dari singasana para legendamusik.Dua hari setelah ultahnya, pada 69 tahun.
Tahun lalu sebelum rilis, curicuri bocoran sound 'blackstar' dan ngasi tau ke kenalan musisi industrial yang lebih khatam dari saya. Agak kaget sebagai orang awam, musiknya kembali futuris, jazzy, kelam tapi lebih spiritual (atau mungkin demonik).  Setelah sekian waktu 'mencoba keras' menikmati album-albumnya yang seenakudel ragam, sejak terpincut smp tahun 1983, saya membuncah lagi.Jleblah.

Harus diakui. Ia salahsatu idola saya ketika masuk pubertas. Sd malah saya dengernya hanya Elvis, pengaruh Bunda almarhum.
Saat itu saya punya genk smp, yang sama-sama suka musik 'new wave' dan yang anehaneh. Lalu, smp itu, lagu pertamanya yang asoi terdengar, bersama Queen: 'Underpressure' tahun 1981 yang dibeli dipasarbaru. Abis suntuk belajar, mompa spirit lagi.
Lagu 'Let's Dance' dan 'Blue Jean' sudah pasti membuat siapapun pengen dance, itu tahun 1983 dan '84.

Masuk sma, 'Absolute Beginner' adalah lagu fave saya, circa 1986. Jelang ujian dan siap lulus sekolah.  saya suka sekali lagu itu, hingga sekarang amsih kerasa kekinian. Lagu-lagu sebelum 80an (tahun 70an dirilis) seperti Starman, Ziggy Stardust,Life on Mars, Changes, RebelRebel,Heroes malah telat saya dengerin saat jaman sudah marak dengan digital keping. 'Space Oddity' menjadi fave saya juga, tapi dalam rentang waktu yang sangat lama baru bisa ternikmati, malah sudah kerja diradio, 90an.  Padahal lagu itu dicipta 1969, setahun setelah saya lahir.

Mengenang SMA itu. lagi getolnya baca buku reliji,filsafat,politik sampe komik. Dan diminta jadi  pengajar paskil (pesantren kilat)  di sekolah, sama kawans guerilla fundamentalista era anti represi asas tunggal& era perlawanan terhadap pelarangan berjilbab disekolah (yang 80an itu marak). Kitabsuci sudah kucel dibolakbalik intens mencari nash-nash dalam setiap kajian bareng.
Eh, pulang ke rumah malah ngelukis, dengernya opa Bowie.
Buat temen-temen saya kala itu, baik lukis/musik,  terhitung mudharat atau minimal 'laghwi'. Paling keras, dikafirin.
Tapi sebagai insan merdeka, saya punya tafsiran lain.

Sesungguhnya, dengan digodok hal Fundamental lalu denger musik Liberal kayak opa Bowie waktu itu, resonansi masamuda saya menjadi YinYang. Tidak bisa mengerti yang bernama 'toleran' kalo penjelajahan 'respect' nggak dimulai waktu itu. Ya, dengan mangkatnya Bowie ini saja, kaum reliji bisa berkaca, gimana dalam hidupnya dan matinya seseorang -dalam rentang waktu sezaman kita hidup- begitu dihormati fansnya tanpa rekayasa dijaman serba rekayasa. Merebut hati banyak orang dan jadi inspirasi.Tanpa memaksa. Tanpa agenda.

 Diakhir hidupnya, David Robert Jones -nama aslinya- bikin saya jadi garukgeleng kepala. Ia bisa nutup dengan manis, dengan 'blackstar'nya sebagai kado pemungkas buat penggemar. Dengan konten lirik yang seperti menjemput kematian dalam keagungan.
Hidup dan matinya, seperti KerjaSeni yang 'khaffah'. Selebihnya urusan Paduka.



Selasa, 05 Januari 2016

PENJAHAT LINGKUNGAN




Lukisan judul: 'Penjahat Kelamin Lingkungan'. 
Acrylic di atas kayu vintage 70-an bekas atap.
(diselesaikan 5 januari 2015. Untuk hakim-hakim seperti bromocorah.dan korporasi zombi. dalam permufakatan jahat tiada dua didunia dan tanpa tanding).



...Awan mendung di kebayoran saya lihat. Seperti pengkhabaran mendungnya awalan harapan pelestarian lingkungan nkri di warsapenghujung. Siang ini, putusan hakim PN Palembang -dengan ketua Parlas Nababan- "menolak gugatan" KLHK terhadap perusahaan PT Bumi Mekar Hijau yg tlh membakar hutan 20 ribu hektar dan merugikan negara 7.9 triliun, atas peristiwa belum silam yang menyesakkan paruparu warga dan rongga akalsehat kita.

Wilayah konsesi PT Bumi Mekar Hijau datanya merupakan wilayah dgn titik api terbanyak di Sumsel. Kejahatan korporasi ini sudah sepantasnya dihukum berat. Tapi hukum seperti tajam kebawah, apalagi soalan lahan dan hutan.
Beberapa hari lalu istri sumringah memperlihatkan koran:"ini nkri bikin selsurya, spektah?".
Saya pesimismasamkecut dan sekali ini membuang muka padanya dan kurangajar ngeloyor. Ampuni yang muliaku, bukan maksut.pengadilan busuk ini mungkin jawabnya.
Awan mendung msh menggayut.dikota kelahiran.
-Tulisan dibuat pada 30des2015.



Jumat, 01 Januari 2016

ASMARADANA







(lukisan di tutup kaleng cat ini saya buat malam tahun baru. Spontan disorehari selesai pukul 23.50. Lalu melihat petasan dan kembang api bersama permaisuri&pangeran rembulan yang menjadi inspirasi. Tapi  puisi 'masterpiece' mas gm inilah -saya pinjam- sebagai inspirasi pengikatrekat lelatu cinta hamba, seperti halnya romansa Damarwulan dan Anjasmara, yang melesat ke langit mengubati sayatanlukaluka kemanusiaan 2015)


ASMARADANA
puisi: mas goenawan mohammad

Ia dengar kepak sayap kelelawar dan guyur sisa hujan dari daun, karena angin pada kemuning. Ia dengar resah kuda serta langkah pedati ketika langit bersih kembali menampakkan bimasakti, yang

jauh. Tapi di antara mereka berdua, tidak ada yang berkata-kata.

Lalu ia ucapkan perpisahan itu, kematian itu. Ia melihat peta, nasib,
perjalanan dan sebuah peperangan yang tak semuanya disebutkan.

Lalu ia tahu perempuan itu tak akan menangis. Sebab bila esok pagi pada rumput halaman ada tapak yang menjauh ke utara, ia tak akan
mencatat yang telah lewat dan yang akan tiba, karena ia tak berani
lagi.

Anjasmara, adikku, tinggalah, seperti dulu.
Bulan pun lamban dalam angin, abai dalam waktu.
Lewat remang dan kunang-kunang, kaulupakan wajahku,
kulupakan wajahmu.