Sabtu, 14 Februari 2015

PENYEMBELIHAN (ELEGI MULTATULI)




Title: 'Penyembelihan' (Elegi Multatuli).
Acrylic/color pencil diatas lembar kalender bekas.

 Korupsi Trah. Adalah banten dengan Raja- raja dan Ratu yang tercokok KPK tahun silam.
Sebuah korupsi menyebar diselukuratbelulat keluarga mereka feodal mereka seperti kanker. Kekayaan berlimpah, formalistik reliji dalam citra,  sementara  rakyatnya miskin tak berubah.

Adalah Lebak, dimana seorang 'ambtenaar' kolonial bernama Eduard Douwes Dekker ditugaskan tahun 1856 menjadi asisten residen selatan karesidenan Banten. Bertugas mengawasi kinerja Bupati Lebak yang pada saat itu menurut sistem kolonial Hindia Belanda diangkat menjadi kepala pemerintahan bumiputra dengan sistem hak waris kekuasaan 30 tahunan. Yang dia jumpai, begitu menusuknya. rakyat lebak Banten yang miskin dipaksa kerja rodi, justru oleh yang dipertuanagung Bupatinya sendiri. Ia menjumpai juga, praktek pemerasan yang dilakukan yang agungdigjaya Bupati dan anteknya kepada rakyatnya sendiri meminta hasil bumi dan ternak, jika rodi begitu kecil diraup. ia melaporkan praktek tak manusiawi itu kepada residen, lalu meneruskan ke gubernur jendral. Tapi usaha terpantul dinding kolonial. dalam isu-isu akan diracun oleh penguasa pribumi, maka ia 'resign'dan kembali ke eropa.

Ditahun 1859, dalam dukanestapa rumahtangga. Ia mengurung diri. dalam istilah saya etape itu seperti 'suicide silence'. Bunuh diri tapi tidak mau bunuh diri. Yang kelak melahirkan kreatifitas adiluhung. Disebuah hotel di Brussel, ia menulis luka-luka selama ia menjadi ambtenaar.khususnya di Lebak. 'Max havelaar' kulminasinya. Yang menggiring dirinya dari seorang 'looser' atau 'penjudi kambuhan' menjadi terkenal sebagai penulis dalam nama samaran.

Tahun 1887, Multatuli itu menutup lembar hidupnya ditepian sungai rhein. Ia pergi dari negri kelahirannya. Dari selintas yang saya baca, ia tak cuma getir melihat penindasan manusia atas manusia, menghisap rakyat jelata. Tapi juga rasasalah pada  kolonialisme bangsanya sendiri.
Saya bukan ahli sejarah, tapi bolehlah saya asumsikan ia yang pertama mengilhami semangat 'pemberontakan' anak bangsa.

Wabilkhusus Banten, ohdilalah...sebegitu lama kisah ini, dan kita baru disuguhi sebuah awal saja dari pengangkatan kanker korup oleh KPK yang diwariskan trah ke trah. Ironisnya, saat saya tulis ini KPK sedang proses terlumpuhkan.

Diatas sana, saya berkhayal, Multatuli yang punya ikatan dengan Banten, melihat dengan airmata.
Penyembelihan rakyat jelata distrik tak berkesudah...

( karya telah diadopsi oleh TokoBuku Multatuli, Jogya)





Tidak ada komentar: