"membuka jendela studio lebar-lebar. menyetel sigur ros kencang-kencang.
supaya daun pohon kering gugur dengan jumawa..."
pagi, sehari sebelum ke konser sigur ros, saya membuka jendela studio.
Lalu mendengarkan semua track Sigur Ros. Pengeras suara berhadapan dengan jendela, dan jendela berhadapan dengan pohon tua. Saya melihat, daun-daun tua seperti luruh, gugur ke tanah dengan ikhlas dan bahagia.
Sigur Ros bagi saya musik yang komplit. pembawa gembira dan sedih sekaligus.
Pun, bagi daun dan angin.
Esoknya, saya bersama sahabat seniman dari Yogya, Wedhar Riyadi yang sama-sama
telah teranugerahi memiliki satu momongan,
menuju acara. Menyaksikan perhelatannya.
Rasio dan analisa kami titipkan pada istri-anak dirumah.
Lalu segenap rasa kami bawa ke Istora.
Ribuan gigs, ratus perhelatan raksasa saya saksikan. Hanya secuil yang terpatri di hati.
Sigur ros salahsatu.
Dan berhari-hari kemudian,hingga hari ini, saya masih bersenandung olsen-olsen dan hoppipolla.
Konser musik yang indah, bagi pria dementia seperti saya,
tersimpan di lubuk dan terbawa hingga akhir era.
Konser kacrut, hanya sembelit dipagihari
dan terbuang diselokan.
10 mei 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar