'sari mulia asih' rumah makan ayam bakar tua di lokasi tua, metropole, jakarta pusat. Menyimpan memori dikepala. Sejak kecil saya dibesarkan di bilangan pusat, 'pun memulai bekerja di radio Prambors tahun 1988 sebagai ilustrator&artistik majalah yang lokasinya selempar tombak dari rumah makan ini. Pulang nerima gaji, adalah kemewahan makan dan minum es teler disini.
Lalu sebelum millenium kedua, tahun 1999, saya total hijrah dari pusat ke area Selatan. Pasang surut hidup, berkenalan dengan tautan jiwa yang jadi istri sekarang dan beranak pinak.
Disuatu siang sejuk, saya kembali lagi kangenan dengan sari mulia asih. Membawa rombongan dan seperangkat alat gambar murahan.
...bangku kayu, meja kayu, teralis jendela, kabel berseliwer, kubikal kasir, dapur, warna soklat cat, lay outing ruang masih seperti puluh tahun lalu. Tanpa butuh wi-fi dan tv plasma mentereng. Warung makan ini mengingatkan saya pada yogya, rumah makan tua disebelah bioskop tua.
Lalu pasca sendawa, langsung tancap. kami 'subversi' meja makan lain, untuk pelajaran menggambar bersama putra dan ponakan. Lalu sayapun larut.
Sari Mulia Asih, kalo wanita ia seperti wanita eksotis tanpa gincu yang mempesona. klasik dan enigmatic. tapi terbukti merampok selera&pandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar