Minggu, 16 September 2012

ONE DAY WITH IMMIGRANT-PUNK ARTIST
















( studio visit by EddiE haRA. Sept 5th,2012)
Pada suatu hari yang hangat-hangat tahi ayam sekitar pukul sebelas, sebuah taksi 'burung biru' mendarat di depan rumah dan studio saya. Sesosok tubuh bujel,beranting,tatto,berkaos 'Trivium' tapi imut muncul.Saya dengan kaos 'Opeth' lusuh sdh menunggu didepan pagar, dan menyalaminya. Eddie hara, salah seorang pelukis pop yang saya kagumi sejak kuliah dan intens berkomunikasi via sosial media, kini sua lagi. Pelukis asal semarang,jebolan ASRI yang 20an tahun menjadi imigran di Eropa.Sekarang ia tinggal di Basel,Swiss bersama istri londo dan 2 putra indo nan ganteng.

"Pagar rumahmu seperti di Kalifornia,Wan" katanya mengomentari pagar besi rumah yang tua dan rendah. Suaranya masih lembut, halus kontras dengan tampilan.Saat itu saya sedang mengasuh anak saya, Dawwadrakkpa. Saya panggil ia, dan kenalkan lagi (terakhir saya kenalkan ia di Galeri Nasional, mungkin keduanya lupa)."Wah,komunis" katanya melihat anak saya yang berkaos merah-bintang hadiah teman dari vietnam. "Panggil aja Eddie. anak saya juga manggil saya begitu".ujarnya lagi.

Lalu mas Eddie,begitu saya panggil ia, saya ajak langsung ke studio mungil saya.Yang letaknya sebelahan dengan rumah induk. Sebuah kavling diatas garasi. Distudio sepatu Vans-nya dicopot, ia bawa sandal. Ia juga bawa 2 tas kain, satu tas kanvas putih dengan gambar lukisannya dan satu lagi tas kain katun warna hitam bertulis Milan (tas hitam ini katanya ia selalu bawa kalo traveling). Lalu, hadiah dan cenderamatapun bertaburan. Saya dihadiahinya: 2 kaos art, 1 coklat swiss untuk Dawwa, 1 snack swiss untuk istri, majalah metalhammer&CD dan...material reuse yang asoi.sisa kanvas dan beberapa packaging swiss."Ini buat kamu respons,Wan". Waw,speechless. Kaos hitam gambar lukisannya langsung saya pakai dobel diatas kaos Opeth. Lalu, saya berbagi suvenir juga. Apalagi kalo bukan kaos art saya, pilihan disodorkan. Dan ia memilih, kaos putih dengan lukisan pinky saya.
Lalu, kita obrol tentang macam hobi: Tshirtlah, tentang toys dll...

Dengan soft drink yang saya suguhi (ia lagi puasa alkohol,krn sedang makan antibiotik), aktifitas 'journey' kami mulai. Ia mengamati lukisan saya yang saya pajang dilorong studio. Beberapa ia sukai warnanya dan ada komen-komennya yang seperti bergumam dan tdk jelas saya tangkap (mungkin trance, spt saya kalo lagi liat art juga). Lalu kita turun dan menuju kios 'Penjahit' pasar dekat rumah buat memotong 3 kaosnya dan 2 baju hawaiinya. Menuju ke pasar kita jalan kaki, ia lumayan geleng-geleng juga lihat sampah berserak. Di kios, saya kenalkan Mustopa, teman penjahit langganan saya. Kiosnya warna pink dan saya mural hampir 3 tahun lalu. Sambil ngebrief jahitannya, ia menyempatkan memfoto mural saya. "Brapa hari ini bikinnya,Wan?". Saya minta mustopa yang jawab. "Cuma 3 jam" kata Mustopa, sambil mulai menggerakkan mesin jahitnya yang belel dan bersuara gak enak.

Kaos jahitan kita titip, krn sore kelar. Maka kami pamit, dan saya ajak ia makan siang di 'Bakmi Jogya' Darmawangsa. Tetap berjalan kaki. Sampai Di BakJog, ia memesan soto bening dan teh tawar. Saya sop bening dan soda gembira. Semua tanpa vetsin. "Enak.Harganya juga reasonable" katanya. Sepertinya ia juga menikmati atmosfir warung makan ini yang njowo, yang saat itu dipenuhi cewek karir dan orang kantoran.

Setelah makan, mas Eddie saya ajak ke pusat mainan di Blok M. Ia menyebut bajaj, lalu saya ajak dia kesana naik bajaj. Ia bilang ini pertama kalinya ia naik bajaj. "Ini kendaraan paling berpolusi di dunia", tapi ia spt menikmati saat duduk. Sambil guyon, saya bilang "awas.remnya pake tepukan, mas".

Sampailah di BlokM, kita menyusuri semua toko mainan. Sebagai kolektor mainan sejak kecil, saya lihat seleranya pilihannya unik. Pilihannya mainan monster atau robot awkward. Matanya cepat melihat mainan estetis tapi unusual, meski bootleg. "Buat hadiah temen di swiss" katanya membungkus ultraman bootleg ukuran sedang. Dia sendiri terpikat, robot bootleg yang bisa bergerak. bersuara dan nembakin laser.Dia nawar, sayang tdk sakses. Saya pikir, memang terlalu mahal 85rb untuk sebuah robot bootleg kecil.Meninggalkan toko mainan, ada toko 'toyzaholic' punya kawan lama, yang menjual t-shirt Anthrax concert tour di Jakarta. Mas Eddie membeli sepucuk.Disambung membeli sepucuk back-up celana jins di pasarsuper. Saya beli Thor dan Capt.America bootleg untuk putraku.

Selesai beranjangsana ke toko mainan, lapar menyerang Mas Eddie lagi.Ia ngidam 'sate padang' selama ini. Saya tau ia suka ini, beberapa bulan lalu saat ketemu pertama di GalNas, saya sudah siapkan wadah makan buat berhenti di Sabang beli oleh-oleh sate itu. Sayang, taksi keparat salah lewat. Belakanghari saya ketahui, ia belum 'kesampean' bersate padang.Nah.
Kini, kita berhenti di sate padang Mak Syukur. "Saya senang kuah begini,Wan.Istriku juga". Lahap tandas sudah. Wajahnya merona puas. Kita berdua bukan smoker. Kelar makan, sdh kebiasaan mata mencari inspirasi. Mas Eddie terpikat signage "Mak Syukur" yg,berbentuk oval,bergambar bapak tua berpeci dan bermaterial kayu."Kalo dijual, aku mau beli,Wan". Lama dia melihat itu dan tentu, gadis-gadis muda elok bersliwer ."banyak juga yang eksotis ya". Hahaa sama kalo gitu seleranya, yang eksotis.

Perjalanan disudahi,karena pukul empat telah. Jahitan pasti menanti. Juga, jam limaan dia harus ketemu pemilik galeri di Jakarta. Pulang tidak dinyana naik bajaj nan eksotis, bodi bajaj dipenuhi stiker norak. Saya tdk punya fotonya, tapi mas Eddie mengambil momennya: ia minta orang lewat motoin kami didepan bajaj norak itu. Lalu, berjalan ke kios Mustopa untuk ambil jahitan.Disana saya difoto dia berlatar mural 'penjahit vs penjahat'. Krn sdh mepet, ia nitip kaos Anthraxnya di'serpis', lalu saya janjikan nanti kirim paket kalo ia ke Semarang sblm bertolak ke Swiss.

Ber-sayonara dengan mustopa.Juga dawwadrakkpa. Mas Eddie dijemput burungbiru lagi. Seniman Imigran Punk Jawa ini berterima kasih. Lalu taksi meluncur di sore hari yang teduh di Darmawangsa. Menyisakan kenangan seorang seniman papan atas kontemporer yang berkunjung ke studio saya, yang lukisannya bernilai ratus juta per buah, Seniman dengan status 'cult', yang tetap berwarganegara Indonesia, bertato hello kitty, pengelana konser-konser punk&metal dunia, hidup di Eropa yang mahal namun tetap hidup eco dan sahaja, tanpa perlu miliki mobil dan kemewahan jor-joran. Pejalan kaki tulen spt saya, berteknologi fungsional saja dg. henpon Nokia jadul mirip henpon saya, sama-sama mengagumi Dalai Lama dan...rasi bintang kita sama, Scorpio. Asoilah.









Tidak ada komentar: